Sabtu, 15 April 2017

cerpen perjuangan



hai teman,bertemu lagi di blog aku. sudah lama tidak muncul. kini ku sudah beranjak kuliah. btw,ini mana tau bisa membantu. ceritanya dari pengalaman pribadi tetapi ada khayalan super tinggi juga sih...   semoga bermanfaat cerpen nya.



FISIKA untuk MAMA
Keributan suara bola yang berulang masuk kedalam ring basket, pada saat itu Ponselku terus berdering di sela latihanku.
“Ira! Ponsel mu terus berbunyi dari tadi, angkatlah.. mana tau penting”. teriak pelatih ku.
 Selesainya ku latihan ku lihat ponselku sudah 11 panggilan tidak tejawab dari mama ku.  Dengan rasa ketakutan ku langsung megganti pakaian ku di ruang ganti dan segera pulang.
Setibanya di rumah aku perlahan membuka pintu rumah.Di depan pintu telah berdiri mama.
 Dengan nada kecil ku berkata”matilah aku”.
“Ira! Darimana saja kamu? mengapa telfon mama tidak di angkat?”Tanya mama.
“Dari sekolah ma.” Jawab ku.
“Sekolah? Sekolah mana yang sampai lusuh begitu? Jangan bohongi mama. Mama tau kamu dari latihan basket kan? Tadi mama lewat di depan sekolah mu dan melihat kamu di lapangan basket sekolah.”jelas mama marah kepada ku dengan nada marah.
Tanpa bisa berbicara banyak aku pun dimarahi mama panjang lebar. Dari dulu mama sangat melarang ku mengikuti kegiatan olah raga apalagi basket. Dengan alasan aku yang sering sakit-sakitan. Karena itulah dengan cara diam-diam lah aku bisa pergi latihan basket.
Semenjak dimarahi mama, akupun mulai panjang akal untuk bisa pergi latihan dengan izin mama. Mama sangat menginginkan aku masuk study club fisika dan bisa menjadi juara di setiap olympiade.  Hal ini menjadi kesempatan ku untuk beralasan.
“ma,ira pergi belajar di study club dulu”izin ku dengan kebohongan menyalami mama.
“hati-hati nak, baik-baik belajar. Dengar apa yang guru jelaskan” nasihat mamaku.
Dengan tidak bersalah aku pergi membawa buku fisika di tas dan perlengkapan basket di dalamnya tanpa mama ketahui. Sesampainya di sekolah akupun segera mengganti pakaian ku dan kembali latihan basket. Hal ini terus berulang-ulang ku lakukan.
Tepatnya  pada  tanggal 20 agustus,mama aku di copet oleh 3 orang  jambret  ketika pulang  belanja. Pada  saat  kejadian aku berada di dalam pertandingan basket  persahabatan antar sekolah.Sentak terkejut melihat abangku yang menjemputku.
“ira, cepat pulang.! Mama di jambret dek.”teriak abang.
“apa bang? Dimana mama? Kemana mama dibawa?.”Tanya ku panik.
“Ayo bang lihat mama,mama sudah berada di rumah sakit.”jawab abangku.
 mendengar kejadian  tersebut langsung keluar di dalam pertandingan.Abangku yang  ketika  itu sedang  libur  kuliah semester akhir kuliah  langsung  menuju  RSUD bersamaku.Merinding aku melihat keadaan mama di ruang UGD(Unit Gawat Darurat). Aku  dan  keluarga besar  berkumpul dan mendengar cerita  mengapa  mama bisa  terluka  parah. Yang aku  ketahui , mama  telah menabrak  pagar  berduri  menggunakan  sepeda  motor  pada  saat  mengejar  jambret.  Sangat mengerikan  aku  mendengar  cerita tersebut .
“Bagaimana keadaan mama pa? apa aku boleh menunggu mama di sini?” Tanya ku pada papa
“Tidak nak, sebaiknya kamu pulang kerumah ante yul dulu, biarkan abang dan papa menjaga mama.”larang papa

Pukul 23.00 WIB  aku  di bawa  pulang  keluarga  dan  tidur  di rumah  saudara  papa. Tepat  pukul 03.00 WIB  aku  di bangun kan  abang dan  melihat  sudah  ada  tenda  yang dipasang. Keramaian   pun semakin banyak  pada dini hari. Sangat aneh memang ,ku bertanya
”bagaimana mama? Sudah sehatkah mama? Apakah dia di operasi bang?”tanyaku dengan suasana ngantuk .
Tidak ada jawaban sedikit pun dari mulut abang ku.
Akhirnya tanpa ada yang memberi tahu  tetes  demi  tetes  air  mata  aku  mengalir ,hati  aku kacau,  berfirasat Tuhan telah bersama mama. dengan perlahan pamanku mendekatiku.
“sabar ya nak, mama sudah tenang disana” jelasnya.
“jadi benar firasat ini paman?”tanyaku sambil meneteskan  mata.
seperti mimpi hal itu terjadi dan tumpah ruah kesedihan pada hati ini.
            Pukul 6 pagi ambulan yang membawa jasad mama perlahan terdengar semakin kuat. Tumpah ruah kesediahan yang aku dan keluarga besar rasakan pada saat itu.
Penyesalan tinggal penyesalan. Banyak kebohongan ku lakukan kepada mama.

Bulan demi bulan berganti, prestasiku di sekolah pun menurun. Hinaan dan cemoohan pun datang kepada ku dan keluarga. Banyak fitnah dari tetangga-tetangga sekitar bahkan keluarga besar untuk ku,papa ku, dan abangku pada saat itu. Di sekolah aku dikenal sebagai anak yang pembohong. Karena telah sering mendustai ibu sendiri.
“hai ira, anak study club ya? Ajarin dong. Pintar fisika kan?hahahh…” cemooh salah satu temanku.
“fisika dapat 19 aja bangga, gue yang 100 aj diam tuh haha…” tambah temanku yang lain.
Malu yang kurasakan pada saat itu. Mengingat memang nilai fisika ku lah yang paling jelek dari nilai-nilai yang lain.
Pada saat aku latihan basket setelah kepergian mama, aku mulai membolak balik bola, mendribel bola,dan melempar bola ke ring. Ku sering bertanya pada diri sendiri,mengapa aku bisa  memasukkan bola itu? Mengapa bola itu bisa jatuh tepat kedalam ring? Mengapa tenaga ku bisa melakukannya? Saat itulah aku mulai tertarik dengan GAYA(F) di fisika. gaya sebesar apa agar ku bisa menjatuhkan tepat ke dalam ring?kecepatan sebesar apa?.
Dengan kuat ku hempaskan bola ke lantai lapangan dan menuju pelatih
“pelatih, aku berhenti di club basket. Ini keputusan ku.”izinku kepada pelatih.
“kenapa ira? Bisa di pikirkan ulang? Pertandingan sesungguhnya akan di mulai. Kamu bagian terpenting tim.”
“tidak pelatih, saya sudah yakin untuk keluar.”jelasku
Berfikir untuk maju dan membuktikan pada semua orang bahwa anak yang ditinggal ibunya bisa membanggakan dan berguna. Aku masuk mendaftarkan diri di study club fisika untuk mewujudkan keinginan almarhumah dari dulu. Almarhumah sangat menginginkan anaknya menjadi juaradi olympiade. Seleksi yang begitu ketat tak meruntuhkan semangat ku. Pada akhirnya aku terpilih dan menjadi perwakilan sekolah menuju Olympiade Sains Kabupaten(OSK). Akhirnya aku masuk kedalam daftar siswa yang masuk ke finalis tingkat provinsi dan nasional. Siapa sangka selama karantina saya mendapatkan perhatian lebih dari pelatih dan mentor pengajar. Kini aku sadar ternyata fisika itu mudah dengan menurunkan rumus-rumus yang sudah ada. Satu soal membahas kinematika yang merupakan kesukaan ku menjadi point tertinggi di olympiade itu. Soalnya tentang mencari gaya bola basket yang diberikan agar masuk kedalam ring dengan jarak yang telah diketahui. Akhirnya aku terpilih menjadi juara olympiade nasional. Sangat senang dan bahagia mengingat cita-cita almarhumah mama yang terwujud. Di hadapan president dan jutaan mata yang memandang aku mengambil penghargaan emas yang diberikan.Nama papa dan almarhumah mama tersebut di dalamnya. Bukan hanya itu nama desa dan sekolah ku pun di sebutkan. Betapa bangganya aku pada saat itu walaupun, almarhumah tidak sempat melihat anaknya naik keatas Podium.
            Kini semua telah berkhir tiada lagi yang menghinaku dalam pelajaran fisika. “Jangan Panggil Aku Kalau Tidak Bisa Fisika”

-TAMAT-